3 Peristiwa dan Amaliah Di Bulan Sya'ban

Nisfu Sya'ban
Sookapura - Disebut Sya’ban karena berjalan darinya beberapa kebaikan yang sangat banyak. Kata Sya’ban diambil dari kata Asy-Syibi yaitu jalan di gunung. Jadi dia adalah jalan kebaikan.

Diriwayatkan dari Abi Umamah Al-Bahili ra. dia berkata, “Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Apabila datang bulan Sya ‘ban maka bersihkanlah dirimu dan perbaikilah niatmu di dalamnya”.

Aisyah ra., dia berkata, “Rasulullah Saw. telah berpuasa sehingga kami mengatakan beliau tidak hendak berbuka (tidak berpuasa) dan beliau selalu berbuka sehingga kami mengatakan beliau tidak berpuasa. Dan kebanyakan puasanya adalah dalam bulan Sya’ban”.

Di dalam An-Nasa’i dari hadits Usamah ra. aku berkata, “Ya Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa dalam bulan Sya’ban”. Beliau berkata,”Itu adalah bulan yang biasanya manusia lengah darinya antara bulan Rajab dan Ramadlan. Dia adalah sebuah bulan yang didalamnya diangkat amal-amal ini kepada Tuhan seru sekalian alam, maka aku suka kalau amalku diangkat (dilaporkan) sedang aku dalam keadaan puasa?.”

Di dalam shahihain dari Aisyah ra., dia berkata, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah Saw. menyempurnakan puasa sebulan sama sekali kecuali bulan Ramadhan, dan akupun tidak pernah melihatnya dalam sebulan yang lebih banyak dan dia berpuasa daripada bulan Sya’ban”

Di dalam sebuah riwayat, “Beliau telah berpuasa bulan Sya’ban seluruhnya”. Bagi Imam Muslim, “Beliau telah berpuasa bulan Sya’ban kecuali sedikit”. Riwayat ini menjelaskan riwayat pertama. Jadi yang dimaksud dengan seluruhnya adalah bagiannya yang terbesar.

Dikatakan bahwa sesungguhnya malaikat-malaikat di langit memiliki dua hari raya, yaitu :

1. Malam bara’ah yaitu malam Nisfu Sya’ban;
2. Malam Lailatul Qadar

NAMA LAIN DARI NISFU SYA'BAN

1. Malam Menutup
As-Subki menuturkan dalam tafsirnya, “Sesungguhnya malam nisfu Sya’ban menutup dosa-dosamu setahun, sedang malam Jum’at menutup dosa-dosa sehingga, dan malam laillatul qadar menutup dosa-dosa seumur hidup”. Artinya menghidupkan malam-malam ini (dengan ibadah) menjadi sebab ditutup (dihapus) dosanya.

2. Malam Kehidupan
Diriwayatkan Al-Mundziri dengan marfu, “Barang siapa yang menghidupkan dua malam hari raya dan malam nisfu Sya’ban tidaklah akan mati hatinya pada harinya hati-hati ini mati”,

3. Malam Syafa’at
Diriwayatkan bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Saw. minta kepada Allah SWT pada malam ketiga belas akan syafa’at kepada umatnya lalu Allah memberinya sepertiga, beliau minta itu kepada-Nya pada malam keempat belas lalu Allah memberinya dua pertiga dan beliau minta itu pada malam kelima belas lalu Allah memberiny a seluruhnya kecuali orang yang lari melepaskan diri dari Allah seperti larinya unta. Yakni lari dan menjauh dari Allah dengan melanggengkan perbuatan durhaka.

4. Malam Maghrifah
Diriwayatkan Imam Ahmad, sesungguhnya Muhammad Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah nampak pada malam setengah Sya’ban kepada hamba-hamba-Nya, lalu mengampuni kepada penghuni bumi kecuali dua orang laki-laki, yaitu orang musyrik dan orang yang mendendam “.

5. Malam Kemerdekaan
Diriwayatkan Ibnu Ishaq, dia berkata, “Rasulullah Saw. pernah mengutuskan ke rumah Aisyah ra. dalam sebuah keperluan. Berkatalah aku pada Aisyah, “Cepatlah karena aku telah meninggalkan Rasulullah Saw., sedang menceritakan pada mereka tentang malam nisfu Sya’ban”. Aisyah berkata, “Ya Unais, duduklah sehingga aku menceritakan padamu tentang hadits malam nisfu Sya’ban. Malam itu adalah malam bagianku dari Rasulullah Saw. Datanglah beliau dan masuk bersamaku dalam selimutku. Aku terbangun pada tengah malam dan aku tidak menemukannya lagi”. Berkatalah aku, “Mungkin beliau pergi kepada perempuan mudanya Al-Qibthinya”. Maka keluarlah aku dan lewat di masjid lalu kak iku menyentuhnya sedang beliau bersabda, “Telah sujud kepada-Mu tubuh dan diriku dan berciuman kepada-Mu hatiku. Ini tanganku dan apa yang aku petik dengannya atas diriku. Wahai Tuhan yang Maha Agung yang diharapkan untuk setiap urusan-urusan besar, ampunilah dosa yang besar. Wajahku sujud kepada Tuhan yang telah menciptakannya, membuat rupanya, membelah pendengaran dan penglihatannya”. Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan bersabda, “Ya Allah, berilah aku rizqi hati yang taqwa, bersih dari syirik, dan suci, tidak kafir dan tidak pula celaka”. Kemudian kembali sujud lagi dan aku mendengarnya bersabda, “Aku berlindung dengan ridla-Mu dari kemurkaan-Mu dan dengan ampunan-Mu dari siksa- Mu dan dengan Engkau dari Engkau aku tidak dapat menghitung pujian terhadap-Mu, Engkau seperti Engkau memuji pada Dzat-Mu sendiri”. Aku berkata sebagaimana yang dikatakan saudaraku Dawud, “Aku membenamkan wajahku dalam debu untuk Tuan-Ku dan memang seharusnya dia dibenamkan dalam debu untuk Dzat Tuannya”. Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan berkatalah aku, “Demi bapak dan ibuku sebagai tebusan engkau, engkau dalam sebuah lembah dan akupun dalam sebuah lembah yang lain”.

Bersabdalah beliau, “Ya Humaira’, bukanlah engkau mengetahui bahwa sesungguhnya malam hari ini adalah malam nisfu Sya’ban Sesungguhnya Allah SWT. memiliki orang-orang yang dimerdekakan dari neraka pada malam ini sebanyak bilangan kambing suku Kalbin, kecuali enam golongan, yaitu :

    Bukan peminum arak;
    Bukan orang yang berani kepada kedua orang tua;
    Bukan orang yang melangsungkan zinah;
    Bukan orang yang memutus hubungan famili;
    Bukan pengadu domba; dan
    Bukan mudharrib (mendorong permusuhan).

6. Malam Pembagian dan Penentuan
Diriwayatkan Atha bin Yasar, dia berkata, “Apabila datang malam nisfu Sya’ban disalinlah bagi malaikat maut setiap orang yang akan mati dari Sya’ban kepada Sya’ban berikutnya. Dan sesungguhnya seorang hamba benar-benar sedang menanam tanaman, mengawini beberapa istri dan membangun bangunan, padahal namanya telah disalin dalam deretan orang-orang mati. Dan tidaklah malaikat maut menunggu kecuali untuk diperintahkan dengan hamba itu lalu dia akan mencabutnya.

TIGA PERISTIWA DI BULAN SYA'BAN

1. Pelaporan amal manusia dalam setahun kepada Allah.
Dalam hadits disebutkan bahwa ketika sahabat Usamah bin Zaid t bertanya tentang puasa di bulan Sya’ban, maka Nabi  bersabda :

حَدَّثَنِيْ أُسَامَةُ بْنِ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ لَمْ أَرَكَ تَصُوْمُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُوْرِ مَا تَصُوْمُ مِنْ شَعْبَانَ. قَالَ :” ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيْهِ اْلأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِيْ وَأَنَا صَائِمٌ”.(رَوَاهُ النَّسَائِيُّ, حَدِيْثٌ حَسَنٌ, وَمَالِكٌ وَأَحْمَدُ وَابْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ وَاْلبَيْهَقِيُّ)

Usamah bin Zaid telah menceritakan kepadaku, ia berkata : Saya bertanya : Ya Rasulullah saya tidak pernah melihat anda berpuasa pada suatu bulan dari bulan-bulan yang ada sebagaimana mana anda berpuasa pada bulan Sya’ban ?, maka beliau bersabda : “Bulan Sya’ban adalah bulan yang dilupakan kebanyakan manusia karena bulan yang terletak diantara bulan Rajab dan bulan Ramadhan. Padahal di bulan Sya’ban amal semua umat manusia (dalam setahun) dilaporkan kepada Allah Rabbul ’Alamin, maka Aku senang (berharap) ketika amalku itu dilaporkan di waktu aku sedang berpuasa”. [Hadits Hasan, diriwayatkan oleh An Nasa'i (2357) dalam Sunan An Nasa'i, Malik dalam Al Muwaththa' riwayat Muhammad bin Al Hasan (372), Ahmad (21801), Ibnu Abi Syaibah (9765), Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman (3820), An Nasa'i dalam Sunan An Nasa'i Al Kubra (2666)]

 Diriwayatkan pula dalam hadits yang lain Aisyah رَضِيَ اللهُ عَنْهَا mengatakan :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : ” كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يُفْطِرُ وَ يُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يَصُوْمُ. فَمَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ وَ مَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِيْ شَعْبَانَ”.(رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ وَأَبُوْ دَاوُدَ وَأَحْمَدُ وَابْنُ حِبَّانَ وَاْلبَيْهَقِيُّ وَالنَّسَائِيُّ)

Dari ‘Aisyah رَضِيَ اللهُ عَنْهَا ia telah berkata : Adalah Rasulullah r jika berpuasa sampai kami mengatakan tidak pernah berbuka, dan jika sedang tidak berpuasa sampai kami mengatakan tidak pernah berpuasa. Aku tidak melihat Rasulullah r, menyempurnakan puasanya satu bulan penuh kecuali puasa di bulan Ramadhan dan aku tidak melihat di suatu bulan yang paling banyak digunakan oleh Rasulullah r untuk berpuasa kecuali di bulan Sya’ban”. [HR. Al Bukhari (1868), Muslim (1156), Abu Dawud (2434), Ahmad (24801), Ibnu Hibban (3648), Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra (8245), An Nasa'i dalam Sunan An Nasa'i Al Kubra(2660)]

2. Bulan Sya’ban adalah Bulan Perpindahan Qiblat
 Perpindahan qiblat shalat dari menghadap Baitul Maqdis ke Masjidul Haram (Ka’bah) adalah hal yang sangat dinanti-nanti oleh Rasulullah r agar segera turun ayat tentang perpindahan qiblat tersebut, maka setelah 6 bulan Nabi r berada di Madinah yakni hari Selasa Nifshu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban) turunlah Surat Al-Baqarah : 144 :

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ اْلحَرَامِ، وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهُ (سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ : ١٤٤(

 “Sungguh Kami (Allah) sering melihat wajahmu menengadah ke langit maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke qiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke Masjidul Haram, di mana saja kamu berada palingkanlah wajahmu ke arahnya.” (QS. Al Baqarah : 144)(Al Jami’ Li Ahkam Al Qur’an Lil Qurthubi, juz 2 hal.150)

3. Bulan Sya’ban adalah Bulan Shalawat Nabi
Di antara keistimewaan bulan Sya’ban adalah bulan diturunkannya ayat Shalawat Nabi yaitu firman Allah :

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا (سُوْرَةُ اْلأَحْزَابِ: ٥٦

“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi (Muhammad). Hai orang-orang yang beriman bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam peng hormatan untuk dia.” (QS. Al Ahzab : 56) (Tukhfatul Ikhwan Lil Imam Ahmad bin Hijazi Al Fisyni, hal.74)

TIGA AMALIAH DI MALAM NISFU SYA'BAN

Menurut Tafsir Almunir Syech Nawawi Banten, diriwayatkan dari sahabat Ikrimah dan banyak sahabat yang lain mengatakan, penulisan di lauhil Mahfud tentang Taqdir di malam Mubarokah, malam Baro’ah yaitu malam Nishfu Sya’ban di Lauhil Mahfudh. Dan ada yang menerangkan berakhir pada malam Lailatul Qodr, tulisan itu tak akan berubah atau diganti. Dan tulisan itu diberlakukan 1 (satu) tahun.

Maka sebelum ditulis sebagai ketetapan, kita mohon kepada Allah Taqdir dan Qodlo yang bagus untuk kita di dunia dan akhirat.

Adapun amaliah yang kerap dilakukan para ulama pada malam Nishfu Sya’ban adalah, Membaca surah yasiin sebanyak 3x yang dilakukan sesudah sholat sunnah ba’diah maghrib dengan Niat sebagai berikut:

1.Niat Pertama
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM
Ya Allah Ya Tuhanku ampunilah segala dosaku, dosa ibu bapaku, dosa keluargaku, dosa tetanggaku, dan Dosa muslimin dan muslimat,  dan panjangkanlah umurku di dalam taat ibadah kepada Engkau serta kuatkanlah imanku dengan berkah Surat Yasiin.

2. Niat Kedua
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM
Ya ALLAH YA TUHANKU ampunilah segala dosaku, dosa ibu bapaku, dosa keluargaku, dosa tetanggaku, dosa muslimin dan muslimat, dan peliharakanlah diriku dari segala kebinasaan dan penyakit, serta kabulkanlah hajatku dengan berkah surat Yasiin.

3. Niat Ketiga
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM
YA ALLAH YA TUHANKU ampunilah segala dosaku, dosa ibu bapaku, dosa keluargaku, dosa tetanggaku, dosa muslimin dan muslimat, serta kayakanlah hatiku dari segala makhluk, berilah aku, kelurgaku dan tetanggaku HUSNUL KHATIMAH dengan berkah surat Yasiin.

Setelah membaca Yassin tiga kali, dilanjutkan dengan membaca Do’a Nisfu Sya’ban:

اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَ لا يَمُنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا اْلجَلاَلِ وَ اْلاِكْرَامِ ياَ ذَا الطَّوْلِ وَ اْلاِنْعَامِ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَ اَمَانَ اْلخَائِفِيْنَ . اَللَّهُمَّ اِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِى عِنْدَكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقِيًّا اَوْ مَحْرُوْمًا اَوْ مَطْرُوْدًا اَوْ مُقْتَرًّا عَلَىَّ فِى الرِّزْقِ فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقَاوَتِي وَ حِرْمَانِي وَ طَرْدِي وَ اِقْتَارَ رِزْقِي وَ اَثْبِتْنِىْ عِنْدَكَ فِي اُمِّ اْلكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَ قَوْلُكَ اْلحَقُّ فِى كِتَابِكَ الْمُنْزَلِ عَلَى نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَ يُثْبِتُ وَ عِنْدَهُ اُمُّ اْلكِتَابِ. اِلهِيْ بِالتَّجَلِّى اْلاَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍ وَ يُبْرَمُ اِصْرِفْ عَنِّيْ مِنَ اْلبَلاَءِ مَا اَعْلَمُ وَ مَا لا اَعْلَمُ وَاَنْتَ عَلاَّمُ اْلغُيُوْبِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ . اَمِيْنَ

Artinya :
Ya Allah, Dzat Pemilik anugrah, bukan penerima anugrah. Wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Wahai dzat yang memiliki kekuasaan dan kenikmatan. Tiada Tuhan selain Engkau: Engkaulah penolong para pengungsi, pelindung para pencari perlindungan, pemberi keamanan bagi yang ketakutan. Ya Allah, jika Engkau telah menulis aku di sisiMu di dalam Ummul Kitab sebagai orang yang celaka atau terhalang atau tertolak atau sempit rezeki, maka hapuskanlah, wahai Allah, dengan anugrahMu, dari Ummul Kitab akan celakaku, terhalangku, tertolakku dan kesempitanku dalam rezeki, dan tetapkanlah aku di sisimu, dalam Ummul Kitab, sebagai orang yang beruntung, luas rezeki dan memperoleh taufik dalam melakukan kebajikan. Sunguh Engkau telah berfirman dan firman-Mu pasti benar, di dalam Kitab Suci-Mu yang telah Engkau turunkan dengan lisan nabi-Mu yang terutus: “Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkan apa yang dikehendakiNya dan di sisi Allah terdapat Ummul Kitab.” Wahai Tuhanku, demi keagungan yang tampak di malam pertengahan bulan Sya’ban nan mulia, saat dipisahkan (dijelaskan, dirinci) segala urusan yang ditetapkan dan yang dihapuskan, hapuskanlah dariku bencana, baik yang kuketahui maupun yang tidak kuketahui. Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi, demi RahmatMu wahai Tuhan Yang Maha Mengasihi. Semoga Allah melimpahkan solawat dan salam kepada junjungan kami Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau. Amin.

Cara menghidupkan malam Nishfu sya’ban
adalah dengan memperbanyak amal-amal yang diajarkan oleh Rasulullah saw seperti melakukan sholat sunnah hajat, tasbih, witir atau dengan bersholawat,berdzikir, beristighfar dan membaca al-qur’an atau membaca ilmu yang menjadikan kita semakin dekat kepada Allah swt.

Adapun mengerjakan shalat Tasbih, sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW kepada paman baliau Abbas bin Abdul Muththalhb:

” jika paman dapat mengerjakanya sekali dalam sehari, maka kerjakanlan, jika tidak dapat kerjakanlah seminggu sekali!, jika tidak dapat kerjakanlah sebulan sekali!, jika tidak dapat kerjakanlah setahun sekali!, jika masih tidak dapat juga, maka kerjakanlah sekali dalam se umur hidup.” (Riwat Abu Daud, Ibnu Majah dan Ibnu khuzaimah dalam kitab Shihnya dan juga oleh Thabrani). Wa Allahu A'lam..
[sarkub]

Tidak ada komentar